WARNING!!! Post kali ini bakal panjang banget. (sapa duli
Ces?)
10 bulan gak nge-blog tentu udah banyak hal yang terjadi. Skripsi
beres, ujian skripsi pun lancar dengan segala surprise yang terjadi, lalu
ditutup dengan wisuda (yang dijalani dengan perasaan ‘dikhianati’, ttssaahhh..).
Balik ke tanah kelahiran, jadi pengangguran kurang lebih sebulan. Jadi guru di
sebuah SMP swasta, ketemu orang-orang baru, ketemu dedek-dedek rok biru celana
pendek yang level gaulnya jauh melebihi ‘kegaulan’ saya sewaktu 11 tahun yang
lalu.
Tapi ada satu hal yang gak berubah, itu. Awalnya, rutinitas tiap
hari bolak-balik rumah sekolah, dengan segala capek berjibun-jibun lebainya, gak
pernah ada waktu buat mikir yang lain-lain. Tapi, tapi, tapi, tapi, semesta
kembali menyentil, bikin saya pengen menjawab “what?”, tentu dengan nada sinis dan
muka sebel. Ternyata semesta bisa kolot juga. Stop aja lah, gak usah dibahas
aja, gak penting. Malu dong kalo dibaca sama ‘Inces 3 tahun yang akan datang’.
Dimulai dari proses penulisan skripsi yang berliku-liku,
yang kata orang-orang kalo itu adalah masa-masa paling bikin stress selama
kuliah, dan punya efek samping bisa bikin si pelaku sampai kurusan. SEMUA ITU
DUSTA SODARA-SODARA!!!! Saya memang sempat galau bentar (gengsi ah kalo bilang
stress), tapi barang turun 2 ons pun tidak, paling parah cuma mencret-mencret
3-4 hari, serius. Balik ke proses penulisan skripsi. Dari nyari sekolah, dapat
harapan tinggi, trus malah ditolak mentah-mentah sama bagian Humas sekolahnya. Trus
sibuk keliling lagi nyariin sekolah, dari tengah kota sampe ke kaki gunung,
balik ke tengah kota lagi. Akhirnya dapat ijin juga melakukan penelitian di 2
sekolah. Trus dalam sebulan bolak-balik ke sekolah buat ambil data, wawancara,
mampir sana-sini, jajan sana-sini. Lanjut konsultasi sama dosen pembimbing yang
‘memaksa’ kita buat bangun pagi-pagi, bahkan pernah gara-gara telat bangun
sampe gak sempat mandi.
Begitu skripsi beres, langsung daftar ke sekretariat kampus
dengan segala kerempongannya. Ditambah jadwal ujian skripsi yang keluar tepat
H-2, yang bikin hati kempat-kempot tapi tetap berusaha stay cool demi perasaan
di masa datang (masa datang = 2 hari kemudian). Kebetulan dari awal saya
pengennya gak kasi tau siapa-siapa termasuk Mama Papa tentang kapan jadwal
ujian skripsi saya. Demi apa? Demi menghindari dukungan positif dari siapapun
yang akan secara otomatis, mau gak mau akan berubah jadi tekanan dan justru
bikin hati saya tambah juntrang-juntrung gak jelas. Maka berdiam dirilah saya
selama 2 hari itu di kost-an, sibuk dengan membaca kembali skripsi,
mengira-ngira pertanyaan apa aja yang mungkin keluar nantinya, bahkan untuk
menentukan background ppt pun sampe googling tentang psikologi warna terhadap
emosi manusia supaya pas ujian terlihat meyakinkan para dosen penguji.
Hari-H
tiba, saya ke kampus pagi-pagi, gak ada teman satu pun, wajar mereka gak tau.
Jam-J tiba, saya masuk, cuap-cuap, tanya jawab sampe hampir 2 jam, keluar
ruangan, dan SURPRISE!!! Ada muka-muka yang gak asing sedang duduk-duduk tepat
di depan pintu masuk ruangan ujian. Selesai beres-beres, lapar, makan.
Selesai makan saya baru teringat kalo belum ada kasi kabar
ke emak sama abah. Benar aja, gak lama setelah kasi kabar kalo anak mereka baru
aja selesai ujian skripsi, si abah langsung telepon dan langsung nanya kenapa
gak bilang-bilang kalo mau ujian skripsi. Dan yang bikin “oh.. so sweet~~”, sms
saya ke Papa waktu itu ternyata masih disimpan sampe sekarang :D
Setelah semua urusan kuliah di Jogja beres, urusan pindahan
barang-barang kost juga beres, balik lah saya ke kota kelahiran, Sintang city,
Sintang Kota Bersemi, yang tentu saja tidak bersemi sama sekali, mengingat
kolam lele dengan dasar aspal yang bertebaran di mana-mana. Awalnya saya pikir
bakal susah bagi saya untuk beradaptasi di sini, terutama mengenai jam tidur,
mengingat sewaktu di Jogja saya ini makhluk setengah manusia setengah kelelawar.
Ternyata oh ternyata, bahkan dari hari pertama, jam 9 teng saya udah ngelungker
manis di tempat tidur.
Sebulan kemudian saya berkesempatan menjadi guru di sebuah
sekolah. Awalnya kagok-kagok gimana gitu, tapi makin kesini yah makin terbiasa.
Rutinitas tiap hari, mengajar dari 7 – 12, lalu terkadang lanjut pengayaan bagi
yang kelas 9, kadang juga sorenya lanjut lagi dengan kegiatan ekstrakurikuler,
kadang juga baru balik lagi di rumah jam 5-6. Rutinitas yang jelas melelahkan
tapi terbayar kembali tepat besok paginya ketika sampe di sekolah kembali. Rutinitas
yang menjadikan saya seperti contoh manusia yang baik dan sehat, yang jam
tidurnya adalah 8 jam per hari.
Dan sampai sekarang saya pun masih belajar menjadi guru yang
becus, anak yang becus, kakak yang becus, manusia yang becus. Semoga ke
depannya segala ketidakbecusan yang masih menempel di saya pelan-pelan bisa
luntur sampai akhirnya saya bisa menjadi manusia yang berguna bagi sekitar,
gereja, nusa, dan bangsa. MERDEKA!!!!
Entah ada kah pesan moral dari cuap-cuap sepanjang ini,
budak Sintang gaul pun nyahut “ntah lah ye”. Yang pasti cuap-cuap ini sengaja
saya tuangkan dari bentuk memori di otak ke dalam bentuk tulisan supaya 1, 2, 3
tahun lagi saya bisa kembali membacanya dan kembali diingatkan lagi “kamu
selama ini udah ngapaian aja Ces?”.
Ciao.